Cimahi – Dinas Pendidikan Kota Cimahi mengambil langkah proaktif dengan mendorong pelaksanaan walking tour edukatif lokal sebagai alternatif kegiatan studi tour ke luar kota. Kebijakan ini sekaligus menindaklanjuti imbauan dari Gubernur Jawa Barat yang menekankan pentingnya pembatasan kegiatan studi wisata yang bersifat komersial dan berpotensi membebani orang tua.
Langkah ini menyasar peserta didik di jenjang PAUD, SD, hingga SMP, dan bertujuan memperkenalkan mereka kepada warisan sejarah serta bangunan berarsitektur khas yang tersebar di Kota Cimahi.
Solusi Edukatif, Murah, dan Berdampak
Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Nana Suyatna, menegaskan bahwa kebijakan ini sudah diterapkan sejak tahun sebelumnya. Dalam pernyataannya pada Kamis (31/7/2025), ia menyebutkan bahwa pembatasan studi tour ke luar kota telah diberlakukan secara ketat sebagai bentuk kepedulian terhadap beban finansial keluarga siswa.
“Kami ingin kegiatan pembelajaran di luar kelas tetap berlangsung tanpa menimbulkan beban biaya tinggi. Karena itu, kami dorong satuan pendidikan untuk mengadakan walking tour yang memperkenalkan siswa kepada kekayaan sejarah Kota Cimahi,” ujar Nana.
Ia menambahkan, walking tour memiliki nilai edukatif yang tinggi karena memungkinkan siswa belajar langsung di lokasi. Selain itu, kegiatan ini juga menjadi sarana untuk meningkatkan rasa cinta terhadap kota sendiri.
Mengenal Sejarah Lewat Langkah Kaki
Dalam program ini, peserta didik diajak mengunjungi lokasi-lokasi bersejarah seperti Rumah Sakit Dustira, Gereja Santo Ignatius, Masjid Abri, dan beberapa kawasan dengan nilai historis lainnya di Cimahi. Selama kegiatan berlangsung, siswa mendapatkan penjelasan langsung dari pemandu wisata lokal mengenai latar belakang bangunan dan peranannya dalam sejarah kota.
“Selain menekan pengeluaran untuk BBM dan konsumsi, program ini juga memberdayakan pemandu wisata lokal. Anak-anak jadi tahu sejarah tempat-tempat yang selama ini mereka lihat tapi mungkin tidak kenal,” lanjut Nana.
Antusiasme dan Dampak Positif
Program walking tour ternyata mendapat sambutan antusias dari para peserta didik. Menurut Nana, banyak siswa merasa lebih dekat dengan kotanya setelah mengikuti tur lokal tersebut. Bahkan para guru dan tenaga pendidik mendukung penuh pelaksanaannya karena dianggap mampu meningkatkan kualitas pembelajaran kontekstual.
“Anak-anak terlihat antusias dan senang karena belajar di luar kelas dengan pengalaman langsung. Tapi pelaksanaannya memang dilakukan bergiliran, karena jumlah sekolah cukup banyak,” jelasnya.
Perkuat Pendidikan Karakter Sejak Dini
Lebih dari sekadar alternatif wisata sekolah, program walking tour ini bertujuan menumbuhkan kecintaan terhadap lingkungan lokal dan menanamkan nilai karakter sejak usia dini. Melalui interaksi dengan lingkungan sekitar, siswa diharapkan memahami pentingnya melestarikan warisan budaya dan sejarah kotanya.
Dinas Pendidikan Cimahi juga berkomitmen untuk terus mengevaluasi dan memperluas titik-titik destinasi yang bisa dijadikan lokasi pembelajaran luar kelas. Dengan begitu, semua satuan pendidikan dapat mengakses kegiatan serupa tanpa hambatan.
“Kami akan perluas cakupan lokasi dan konten edukasinya agar bisa menjangkau lebih banyak sekolah dan menyesuaikan dengan kebutuhan kurikulum,” ujar Nana.
Dorongan Inovasi untuk Pendidikan Lokal
Langkah ini menunjukkan bahwa Kota Cimahi tak hanya fokus pada aspek formal dalam dunia pendidikan, tetapi juga mendorong pendekatan inovatif yang berbasis lokalitas. Kebijakan ini dinilai tepat di tengah kekhawatiran masyarakat atas biaya tinggi kegiatan sekolah di luar kota yang selama ini menjadi polemik tahunan.
Dengan memaksimalkan potensi kota sendiri, Cimahi menunjukkan bahwa pembelajaran bermakna bisa hadir dari lingkungan terdekat. Melalui kebijakan ini pula, pemerintah kota berharap dapat memperkuat identitas dan kebanggaan generasi muda terhadap asal daerahnya.