CIMAHI — Suasana penuh haru dan semangat tampak di halaman SLB Negeri A Citeureup, Kota Cimahi, saat pelaksanaan hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS) pada Senin (14/7/2025). Para siswa berkebutuhan khusus—dengan berbagai latar belakang disabilitas—tampak antusias menyambut tahun ajaran baru.
Mereka hadir dengan mengenakan seragam sesuai jenjang pendidikan masing-masing, mulai dari SD, SMP, hingga SMA. Namun, ekspresi dan tingkah laku mereka mencerminkan semangat serta kepolosan yang mengundang senyum dan kebanggaan dari para orang tua.
Salah satu orang tua yang turut merasakan campuran antara kebahagiaan dan ketegangan adalah Cahya, ayah dari seorang anak penyandang down syndrome yang baru memasuki jenjang SD.
“Saya merasa sangat bersyukur. Akhirnya anak saya bisa mulai sekolah di tempat yang sesuai kebutuhannya. Meski sedikit deg-degan, saya bahagia,” ujar Cahya.
SLB Jadi Tempat Harapan Baru
Cahya mengakui bahwa anak perempuannya yang kini berusia 8 tahun sempat mengalami keterlambatan masuk sekolah karena faktor pertimbangan keluarga. Namun, ia kini sepenuhnya mempercayakan pendidikan putrinya kepada para tenaga pendidik di SLB Negeri A Citeureup.
“Guru-guru di sini punya kesabaran luar biasa. Mereka tahu bagaimana memperlakukan anak-anak seperti ini dengan cara yang lembut dan menyenangkan. Tidak semua orang bisa,” tambahnya.
SLB, Lingkungan Belajar yang Inklusif dan Menyenangkan
Menurut Kepala SLBN A Citeureup, Gun Gun Guntara, tahun ini sekolah tersebut menampung total 284 siswa, dengan 26 di antaranya merupakan siswa baru. Ia menekankan pentingnya menciptakan lingkungan yang inklusif dan menyenangkan bagi seluruh peserta didik.
“Anak-anak ini harus merasa nyaman terlebih dahulu sebelum proses belajar dimulai. Di sini, pendekatan guru sangat menentukan,” jelas Gun Gun.
Bukan hanya sekadar mengenalkan ruang kelas, MPLS di SLB juga menitikberatkan pada adaptasi sosial dan emosional siswa terhadap lingkungan sekolah.
MPLS di SLB, Bukan Sekadar Orientasi
Hadir dalam kesempatan tersebut, Direktur Pendidikan Khusus dan Layanan Khusus (PKPLK) dari Kemendikdasmen, Saryadi, menegaskan pentingnya penyelenggaraan MPLS yang edukatif dan bebas dari praktik perpeloncoan, terlebih dalam konteks sekolah luar biasa.
“Tujuan MPLS adalah memberikan pemahaman awal tentang lingkungan sekolah dengan cara yang ramah dan membangun. Anak-anak ini harus merasa diterima dan disambut dengan baik,” tegasnya.
Saryadi juga memastikan bahwa seluruh proses MPLS harus mengacu pada pedoman resmi Kementerian dan menjadi ruang awal bagi peserta didik untuk berkembang secara optimal di lingkungan pendidikan yang inklusif.
Catatan: SLB Negeri A Citeureup Cimahi merupakan lembaga pendidikan luar biasa yang menangani anak-anak dengan kebutuhan khusus seperti tunagrahita, tunanetra, tunarungu, dan disabilitas lainnya. MPLS yang dilaksanakan menjadi langkah awal yang penting dalam membangun rasa percaya diri dan kenyamanan mereka dalam menempuh pendidikan formal.