Pelajar di Cimahi Antusias Ikuti Walking Tour, Alternatif Edukatif Pengganti Study Tour

CIMAHI Kebijakan larangan kegiatan study tour ke luar daerah yang diterapkan Pemerintah Provinsi Jawa Barat mendorong munculnya inovasi baru dalam dunia pendidikan di Kota Cimahi. Salah satu alternatif yang kini populer adalah walking tour, yang mengajak pelajar menjelajahi bangunan dan lokasi bersejarah di kota mereka sendiri.

Kepala Dinas Pendidikan Kota Cimahi, Nana Suyatna, menjelaskan bahwa walking tour menjadi solusi yang relevan di tengah larangan study tour oleh Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi. Menurutnya, kegiatan ini tak hanya memenuhi kebutuhan rekreasi siswa, tetapi juga memberikan pengalaman belajar langsung mengenai sejarah dan budaya lokal.

“Anak-anak ini kita arahkan untuk melakukan walking tour supaya mereka kenal tempat dan bangunan bersejarah di Cimahi. Karena memang ada larangan study tour,” jelas Nana saat dikonfirmasi pada Minggu (3/8/2025).

Jelajahi Sejarah dari Bangunan Kolonial Hingga Kampung Adat

Cimahi menyimpan banyak jejak sejarah masa kolonial Belanda, terutama sebagai kota militer pada masa lalu. Banyak bangunan tua peninggalan Koninklijk Nederlandsch-Indisch Leger (KNIL) yang masih berdiri dan kini difungsikan sebagai fasilitas umum.

Beberapa lokasi yang menjadi favorit dalam walking tour antara lain:

  • Rumah Sakit Dustira, dibangun sejak 1887 dan masih aktif hingga kini.

  • Gedung Historich di Jalan Gatot Subroto, dulunya digunakan sebagai tempat pesta para meneer Belanda.

  • Gereja Santo Ignatius, salah satu gereja tertua yang masih digunakan, dengan usia lebih dari satu abad.

Selain bangunan peninggalan Belanda, walking tour juga menyasar destinasi budaya seperti Kampung Adat Cireundeu. Kawasan ini terkenal karena pola hidup warganya yang sejak 1918 mengonsumsi singkong sebagai makanan pokok pengganti beras.

Triana Santika, tokoh pemuda sekaligus pemandu wisata lokal di Kampung Cireundeu, menyambut positif kedatangan pelajar dari berbagai sekolah.

“Kami rutin menerima kunjungan dari sekolah, mahasiswa, bahkan peneliti. Harapannya, Kampung Cireundeu bisa terus berkontribusi dalam kegiatan edukatif seperti ini,” ungkapnya.

Siswa Antusias, Sekolah Semakin Aktif Kembangkan Program Lokal

Beberapa sekolah di Cimahi telah aktif mengikutsertakan siswa dalam program walking tour. Salah satu contohnya, sebuah SMP yang belum lama ini mengunjungi Masmil Poncol, bekas markas militer yang menyimpan nilai sejarah tinggi.

Nana menambahkan, kegiatan tersebut memberi angin segar dalam proses pembelajaran. “Anak-anak antusias karena mereka bisa belajar sambil jalan-jalan, tidak selalu di dalam kelas.”

Kegiatan ini juga mendapat sambutan hangat dari Dinas Kebudayaan, Pariwisata, Pemuda, dan Olahraga (Disbudparpora) Kota Cimahi. Kepala Bidang Kebudayaan dan Pariwisata, Lucky Sugih Mauludin, menilai langkah ini sejalan dengan rencana strategis pengembangan pariwisata lokal berbasis sejarah dan budaya.

“Kami mendukung penuh pelaksanaan walking tour oleh sekolah. Ini sejalan dengan tujuan kami dalam mendorong wisata edukatif yang berbasis kearifan lokal,” kata Lucky.

Walking Tour, Solusi Edukasi yang Murah dan Bermakna

Walking tour tidak hanya memperkuat pemahaman siswa terhadap sejarah lokal, tetapi juga menjadi solusi alternatif yang hemat biaya. Tanpa harus bepergian jauh, para siswa bisa mengenal kekayaan sejarah kotanya sendiri.

Disbudparpora Cimahi berharap program ini tidak hanya bersifat sementara, melainkan bisa berkembang menjadi agenda rutin. Selain bermanfaat bagi dunia pendidikan, kegiatan tersebut juga berpotensi meningkatkan kunjungan wisata ke situs-situs bersejarah di Cimahi.

Dengan sinergi antara pemerintah, sekolah, dan komunitas lokal, Cimahi perlahan menghidupkan kembali potensi sejarahnya sebagai sumber pembelajaran. Walking tour pun menjadi bukti bahwa edukasi tidak harus selalu dilakukan dalam ruang tertutup melainkan bisa tumbuh dari setiap sudut kota yang menyimpan cerita.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *